Minggu, 01 Maret 2015

Wasilah dan Mursyid

Wasilah dan Mursyid

Rasulullah SAW di utus ke dunia bukan sekedar menyampaikan kebenaran dari sisi Allah atau hanya menyampaikan hukum2 yg dibolehkan atau di larang oleh Allah.

Tujuan lebih hakiki dari keberadaan Nabi adalah agar manusia bisa mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap saat.

Rasul adalah pembawa wasilah dari sisi Allah dan melalui wasilah itulah manusia bisa berkomunikasi dengan Allah.

Surat Al-Maidah 35 mewajibkan seluruh orang beriman untuk mencari wasilah agar menemukan kemenangan di dunia dan akhirat.

Wasilah bukanlah amal ibadah (shalat, puasa, zakat dll) seperti yg ditafsirkan secara syariat, karena seluruh amal ibadah hanyalah bentuk dari proses penyembahan terhadap Allah.

Fisik manusia harus diajarkan cara menyebut nama Allah begitu pula rohani manusia, harus diajarkan cara menyebut nama Allah.

Di dunia ini sangat banyak orang yg bisa mengajarkan cara fisik manusia untuk menyebut nama Allah, dalam hal ini kita tidak kekurangan Guru, akan tetapi Guru yg bisa mengajarkan rohani kita untuk menyebut nama Allah itu sangat langka. Fisik manusia bisa diajarkan oleh Guru fisik, gerakan shalat, aturan puasa dan lain sebagainya, sementara rohani manusia harus diajarkan oleh rohani pula.

Tidak mungkin rohani manusia diajarkan oleh Guru Jasmani, keduanya mempunyai unsur dan sifat yang berbeda. Rohani manusia diajarkan oleh rohani Rasulullah SAW yg telah berisi Kalimah Allah yang berasal dari sisi Allah.

 Unsur Kalimah Allah yg ada dalam diri Muhammad bin Abdullah inilah yang menyebabkan pangkat Beliau bisa menjadi Rasul.

Nur Allah yg diberikan kepada Rasul dan orang2 yg dikehendaki-Nya itulah yg kemudian disebut sebagai Wasilah.

Disinilah sebenarnya letak perbedaan antara pengamal tarekat/tasawuf dengan orang yg hanya memahami Islam secara syariat saja. Pengamal tarekat untuk bisa menapaki jalan berguru terlebih dulu memahami dan menjalankan aturan2 Allah yg kita sebut syariat dan aturan itu akan tetap dilaksanakan seterusnya.

Pelaksanaan syariat oleh pengamal tarekat tidak lagi hanya sekedar memenuhi kewajiban ibadah akan tetapi mereka sudah masuk kepada alam hakikat dari ibadah itu sendiri.

Untuk bisa menyelami samudera hakikat yg maha luas, diperlukan seorang pembimbing yang ahli dibidangnya agar tidak tersesat dan pembimbing ini dikenal sebagai Guru Mursyid.

Dalam khazanah ilmu tasawuf Guru Mursyid mempunyai peranan besar dalam membentuk hierarki manusia untuk sampai ke tingkat realisasi tertinggi dalam menempuh perjalanan spiritual, karena dimensi Al-Qur’an telah tertanam dalam dirinya.

Hanya saja persoalan ini jarang dikupas dan diteliti lebih dalam sehingga masih menjadi sebuah misteri dalam kehidupan manusia. Bahkan pemuka agama sekalipun banyak yang belum mengetahuinya.

Guru Mursyid hanya dimengerti oleh hati yang terbuka dan jiwa yang telah disucikan.

Predikat mulia yg diberikan secara khusus oleh Allah kepada manusia pilihan ini sebenarnya secara gambling telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi ayat 17 dengan sebutan “Waliyam Mursyida” artinya wali yang mursyid.

Kata “Wali” di sini dalam versi kaum Sufi diartikan sebagai figure manusia suci, pemimpin rohani, manusia yang sangat taat beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sedangkan kata “Mursyid” diartikan sebagai nur Ilahi, cahaya Ilahi, atau energy Ilahi.
“Cahaya di atas cahaya, Tuhan akan menuntun kepada cahaya-Nya, siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An-Nur : 35).

Jadi hakikat Mursyid itu tidak berwujud, akan tetapi setelah masuk ke dalam rumah wujud barulah ia memiliki wujud.

Maka nur Ilahi atau energi Ilahi yang telah mewujud dalam rohani sang guru itulah yang disebut dengan Waliyam Mursyida. Dan Mursyid itu tidak banyak, yang banyak adalah badan ragawi yang disinggahi, hanya penampakan fisiknya. Ibarat pancaran sinar matahari yang masuk ke berbagai lobang, kelihatan banyak tetapi hakikatya hanya satu, sinar itu-itu juga.

Kata Nur (cahaya) yang bermakna mursyid, tidak diartikan sebagai cahaya dalam pegertian bahasa. Mursyid sendiri berasal dari kata “Irsyad” yang artinya petunjuk. Petunjuk yang bersumber dari nur Ilahi. Jika kata “Irsyad” ditambahkan “mim” di depannya maka petunjuk tersebut terdapat pada sesuatu (dimikili oleh sesuatu). Maka “mim” harus diartikan sebagai seseorang yg memegang kualitas irsyad.

Karena kata Waliyam Mursyida dalam surah al-Kahfi ayat 17 secara umum diartikan sebagai “pemimpin” maka di zaman sekarang pemimpin organisasi yg tidak ada hubungan dengan tasawuf diberi gelar “mursyid” atau ada orang yg nama pribadinya itu mursyid.

Karena mursyid hakikatnya adalah nur Allah, maka orang yg kita sebut Guru Mursyid itu benar2 mempunyai kualitas sempurna sebagai pembawa wasilah dari Allah berubah Nur Allah bukan sekedar gelar saja.

Begitu langkanya Guru Mursyid yg benar2 memenuhi kualifikasi sebagai mursyid sehingga imam al-Ghazali mengatakan, “Menemukan Guru Mursyid itu lebih mudah menemukan sebatang jarum yang disembunyikan di padang pasir yang gelap gulita”.

Pembahasan yg mendalam tentang Guru Mursyid diperlukan untuk memberikan keyakinan kepada pengamal tarekat khususnya betapa luar biasa orang2 yg telah memiliki Guru Mursyid yg berkualitas sehingga hidup mereka benar2 terbimbing ke jalan Allah SWT sehingga mereka selalu bersyukur kepada Allah dengan jalan berkhidmat kepada Guru nya dengan penuh adab dan cinta.

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=253746918130441&id=151117728393361

SANG GURU

SANG GURU

saat Ali ibn Abi Thalib mengalami fana fillah.
Kemudian Setelah Ali sadar, maka Nabi bertanya kepada Ali mengenai perjumpaannya dengan Allah, maka Ali berkata :

رَأَيْتُ رَبِّى بِعَيْنِ قَلْبِى, فَقُلْتُ لاَشَكَّ أَنْتَ أَنْتَ اللهُ
“Kulihat Tuhanku dengan mata hatiku dan akupun berkata: tidak aku ragu, engkau, engkaulah Allah”.

Setelah Ali menceritakan perjumpaannya dengan Allah, maka kemudian Nabi membawa Ali di hadapan para umat dan berkata :

اَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِى بَابُهَا
“Aku adalah gudangnya ilmu dan Ali adalah pintunya”.

Dari beberapa Hadis di atas mengindikasikan bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah sahabat Nabi dan sekaligus sahabat yg diberi izin untuk mengajarkan Ilmu Tarekat ini dengan gelar “Karamullah Wajhahu” (karam/fana memandang wajah Allah) yaitu suatu gelar yg hanya diberikan kepada Ali ibn Abi Thalib karena ia telah karam/fana dalam memandang wajah Allah.

 Kemudian Ilmu Tarekat ini Ali ajarkan pula kepada Hasan Basri dan dari Hasan Basri diajarkan kepada Habib Al-Ajmi ,dari Al-Habib diajarkan kepada Daud Al-Thaiy, dari Daud diajarkan pula kepada Makhruf Al-Kurahi, dari Makhruf diajarkan pula kepada Junaid Al-Bahdadi.

Kemudian timbulah menjadi ilmu pendidikan yang dinamakan dengan ilmu Tarekat atau Tasawuf.

Jadi syarat utama untuk menjadi seorang guru atau pemimpin Tarekat adalah harus mencapai maqam fana fillah dan tradisi ini tetap dipegang teguh di kalangan ahli-ahli Tarekat hingga kini.

Demikianlah ketatnya para Sufi dalam memelihara keotentikan ilmu yg mereka peroleh dari Rasulullah; sehingga bila ada Tarekat yang silsilahnya tidak dari Nabi ke Ali ibn Abi Thalib maka Tarekat tersebut tidak dapat diterima.

Tujuan Ilmu Tarekat adalah untuk mengenal Allah, sedangkan Tasawuf bertujuan untuk mengarahkan orang untuk mempelajari Ilmu Tarekat.

Sebagai contoh, di dalam Tasawuf terdapat ajaran bahwa belajar Tasawuf harus melalui guru sebagaimana dikatakan Abu Yazid al-Bisthami :
”Barang siapa yang menuntut ilmu tanpa berguru, maka wajib syetan gurunya”.
 
Adapun maksud dari ungkapan tersebut bahwa belajar Tasawuf harus melalui guru adalah bahwa Tasawuf sebagai suatu disiplin ilmu tidak dapat dipelajari tanpa terlebih dahulu mempelajari Ilmu Tarekat, dan mustahil Ilmu Tarekat dapat dipelajari tanpa melalui guru.

 Sebab Ilmu Tarekat adalah ilmu yang bersifat praktek sedangkan Ilmu Tasawuf bersifat teori.

 Oleh sebab itu Tasawuf sebagai suatu disiplin ilmu tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh Ilmu Tarekat.

Artinya kita tidak akan dapat memahami Ilmu Tasawuf tanpa bantuan guru, sebab tujuan dipelajarinya Ilmu Tasawuf adalah untuk mengenal Allah.

Untuk dapat mencapai pengenalan kepada Allah tidak dapat dipelajari lewat teori, akan tetapi harus berguru pendapat tersebut didasarkan pada Hadis Nabi SAW :

مَنْ لاَشَيْخٌ مُرْشِدٌ لَهُ فَمُرْشِدُهُ الشَّيْطَانُ
Artinya: “Barangsiapa yang tiada Syekh Mursyid (guru) yang memimpinnya ke jalan Allah, maka syetanlah yang menjadi gurunya”.

Maksudnya adalah mustahil mereka dapat memahami ajaran Tasawuf tanpa melalui guru, apalagi untuk dapat mengenal Allah yang ghaib. Maka sudah barang tentu gurunya adalah syetan, artinya tanpa bantuan guru mustahil Allah dapat dikenal.

Disinilah pentingnya kita mempunyai Guru Pembimbing, yang sudah mencapai tahap makrifatullah, seorang Guru yang Arifbillah, sudah sangat berpengalaman melewati jalan kepada Tuhan sehingga bisa memberikan kepada kita petunjuk agar bisa selamat sampai ke tujuan.

Dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukkan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma’rifatullah), maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yg belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat, apalagi jika kita tidak membawa peta petunjuk.

Namun mursyid dalam Tarekat tidak hanya membimbing secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi antara seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah SWT.

Orang yg mengaku bisa mengenal Allah hanya dengan mengandalkan Ilmu Kalam dan membaca tentang agama dari bahan bacaan saja, . Memang akan mengetahui banyak ilmu tentang ayat-ayat, dalil-dalil, teori-teori akan tetapi tidak akan bisa mengenal Allah dengan hanya sekedar membaca.

Guru yg akan membimbing anda adalah orang yang telah memperoleh pengakuan dari Guru sebelumnya, dan Guru sebelumnya telah memperoleh pengakuan juga dari Guru sebelumnya, secara sambung-menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

 https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=238672912971175&id=151117728393361

Sabtu, 28 Februari 2015

JIKA SUDAH MENEMUKAN GURU SEJATI

NGANGSU KAWERUH >> JIKA SUDAH MENEMUKAN GURU SEJATI

MAKA...LAMUNAN........DI GANTIKAN FUNGSINYA MENJADI .......TUGAS MULUT UNTUK BICARA......

ARTINYA LEBIH GAMBLANGNYA ADALAH,,KALAU DULUNYA MELAMUN...(DIKATAKAN ORANG MELAMUN)...

MAKA..SETELAH...MENEMUKAN GURU SEJATI
MAKA......LAMUNAN..ITU BERALIH DI MULUT.....(LAMUNAN....MENJADI.....KELUAR SUARA DI MULUT).......

penjelasan yang jelas...ketika...orang melamun...kan dikatakan orang melamun...nah.....SETELAH MENEMUKAN GURU SEJATI maka.....lamunan...MENJADI TIDAK ADA..jadi pada waktu ngomong....itulah LAMUNAN.ORANG.......

ARTINYA KALAU ADA ORANG MELAMUN...TAHU........JALAN LAMUNAN ATAU PIKIRAN ORANG......
.
.. >> arti YANG.....JELAS......SESUAI BAHASA INDONESIA YANG BENAR ADALAH MENGETAHUI JALAN PIKIRAN SESEORANG..........>> INI KALAU...SUDAH MENEMUKAN GURU SEJATI........

NGANGSU KAWERUH >> GURU SEJATI

NGANGSU KAWERUH >> GURU SEJATI
==============================

MANUSIA.....SEBENARNYA ADA GURU DALAM DIRI MANUISA SENDIRI.......

1. SEBENARNYA DALAM DIRI MANUISA...ADA YANG MENJAWAB SENDIRI..PADAHAL MULUT MANUISA...TIDAK BERTANYA.........

2. TERNYATA...YANG MENJAWAB ADALAH HATI MANUSIA ITU SENDIRI......

3. ARTINYA DENGAN TELINGA SENDIRI..KITA DAPAT MENDENGAR SUARA HATI KITA SENDIRI......


4. PADA SAAT SEPERTI INI.....SEWAKTU PIKIRAN MELAMUN......LANGSUNG DIINGATKAN OLEH HATI KITA SENDIRI...KARENA....TELINGA KITA MENDENGAR SENDIRI.....SUARA DARI DALAM HATI KITA SENDIRI


5. PADA SAAT BERPIKIR...MEMANG GAK TERASA....TETAPI PADA SAAT MELAMUN....INI......YANG SELALU DIINGATKAN OLEH HATI KITA MASING-MASING
6.==============


INI NAMANYA BELAJAR DENGAN QOLBU SENDIRI.........>> INILAH YANG DINAMAKAN GURU SEJATI.......

MENEMUKAN GURU SEJATI

MENEMUKAN GURU SEJATI
======================
KADANG MANUSIA SANGAT TERINGIN SEKALI MENEMUKAN DAN MENEMUI GURU SEJATI DARI MANUSIA SENDIRI ....

KARENA..
DENGAN IJIN YANG MEMPUNYAI HIDUP MAKA HAL SEPERTI INI DAPAT JUGA DILAKUKAN OLEH DIRI MANUSIA. MASYARAKAT JAWA.....
YANG.....
MEMANG SUKA BERBURU.

.KHUSUS UNTUK MENEMUKAN JATI DIRI SENDIRI...
MEMANG SUDAH BANYAK DILAKUKAN.......
 MISALNYA....WALI SONGO.....

NAH ADA SYARAT-SYARAT YANG MEMANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK..MENEMUI.....

.DIANTARANYA ADALAH LEWAT PUASA,,,,,,,KHUSUS...
dalam bahasa jawa..adalah lelakon atau memang....mau menempuh perjalanan menuju ke ALAM GURU SEJATI